KH.
AHMAD WAHONO (Pendiri Pondok Pesantren Alhikmah Tanon)
K |
H Ahmad Wahono
adalah pendiri Pondok Pesantrem Al Hikmah yang beralamat di Dusun Bedono Desa
Pengkol Kecamatan Tanon Kabupaten Sragen. Beliau lahir pada tanggal 1948 dari
pasangan simbah Marwi dan Simbah Ngatijah. dan Simbah marwi ini adalah sosok
pengamal ilmu suluk islam yg ada di daerah Bedono.
Menurut cerita
keluarga, beliau lahir pada masa era awal kemerdekaan. Di tengah berkecamuknya
perang mempertahankan kemerdekaan itu ada beberapa tentara yang kebetulan
bersembunyi di rumah mbah marwi, di saat itu lahirlah seorang anak laki laki yg
oleh tentara yg bersembunyi itu di beri nama Wahono. Kemudian ketika menginjak
dewasa dan mondok di kacangan Boyolali oleh guru beliau nama itu di tambah
menjadi Ahmad Wahono.
KH Ahmad Wahono
mengenyam pendidikan dasar di kampungnya, kemudian melanjutkan lagi sekolah di
PGA. Setelah lulus dari PGA beliau kemudian memeruskan mondok di Kacangan
Boyolali di bawah asuhan KH. Qulyubi yang merupakan murid dari KH Dimyati
Tremas Pacitan.
Setelah boyong
dari pondok, KH Ahmad Wahono ini menikah dengan seorang gadis yang satu kampung
yg bernama Ibu Titik Djihasi. Dari pernikahan ini melahirkan 7 putra putri.
Pada masa masa awal setelah dari pondok dan menikah ini, keseharian beliau
adalah menjadi seorang guru yang mengajar di MI pengkol dan mengajar warga
dikampung di sebuah masjid. Di sela sela mengajar itulah beliau berkeliling berdakwah
mengenalkan agama ke daerah daerah yg ada di kabupaten sragen. Karena banyaknya
permintaan untuk ngaji rutinan di daerah ini kemudian beliau memutuskan untuk
berhenti mengajar di MI.
Kyai Bersanad
ulama sepuh
Setelah KH Qulyubi
wafat, di dalam berdakwah kemudian beliau di bimbing oleh KH Umar Fatah
Salatiga. Keuletan KH Ahmad Wahono dalam berdakwah ini kemudian banyak
masyarakat yg berdatangan ingin menetap di rumah beliau untuk mengaji. Tepatnya
di tahun 1982, rumah beliau lalu di buat sekat sekat kamar untuk mukim para
santri. Sehingga di tahun itu pula di tetapkan berdirinya Pondokpesantren
Dalam menjalankan
dakwah di tengah masyarakat, KH Ahmad Wahono ini ternyata selalu mendapat
bimbingan dari para ulama sepuh. Ketika masih mondok sampai awal awal berdakwah
di kampung, KH Ahmad Wahono ini mendapat bimbingan dan arahan dari guru beliau
KH Qulyubi. Kemudian setelah KH Qulyubi wafat, beliau mendapat bimbingan dari
KH Umar Fatah ulama asal salatiga. Bahkan nama pesantren Al Hikmah yang di asuh
KH Ahmad Wahono ini merupakan nama pemberian sang guru dari kota salatiga
tersebut. Setelah KH Umar Fatah wafat, kemudian KH Ahmad Wahono mendapat
bimbingan dari Habib Ahmad Bafaqih Jogja. Dan setelah Habib Ahmad Wafat beliau
KH Ahmad Wahono sampai wafatnya di tahun 2006 mendapatkan bimbingan lagi dari
Habib Anis bin Alwi bin Ali Alhabsyi Solo dan KH Dimyati Rois Kaliwungu.
Menurut cerita
dari habib Syech bin Abdul Qodir Asysegaf yang merupakan murid dari habib Anis
Solo, sosok KH Ahmad Wahono ini adalah seorang kyai yang masuk katagori
muhibbin. Artinya sosok yg mempunyai kecintaan yg luar biasa pada keluarga
habaib dan ulama. Sebutan itu di sampikan oleh habib anis langsung ketika
beliau masih sugeng. Bahkan dalam suatu kesempatan habib anis juga yg
mewasiatkan pada habib syech agar ketika ke sragen maka habib syech harus
bersama sama dengan KH Ahmad Wahono dalam berdakwah. Atas dasar itulah ketika
KH Ahmad Wahono wafat pada tahun 2006, maka sampai sekarang saat Haul beliau
Kyai Ahmad Wahono, Habib Syech yg kemudian langsung sebagai pembicara utama.
Organisatoris dan
Politisi tanpa pamrih.
Ketika Muktamar NU
dilaksanakan di situbondo pada tahun 1984, KH Ahmad Wahono termasuk salah satu
anak muda yg diutus untuk menghadiri sebagia utusan dari sragen. Setelah
muktamar yg mengahsilkan ketua umum PBNU Gus Dur itu, kemudian kyai wahono
menggerakkan NU di wilayah kabupaten sragen. Beliau langsung ikut terjun
mempelopori terbentuknya kepengurusan NU dan banom NU sampai tingkat bawah.....
Di samping
menghidupkan struktur kepengurusan NU, beliau juga aktif ke daerah memberikan
kegiatan kegiatan ngaji keagamaan NU secara rutin.
Sehingga pada tahun 1995 ketika di laksanakan Konfrensi Cabang NU Sragen, oleh peserta konfercab sebenarnya beliau secara aklamasi di tunjuk sebagia ketua PCNU terpilih. Namun karena pertimbangan efektifitas gerakan, beliau memilih untuk lebih fokus kegiatan rutin ngaji di jamaah jamaah yg ada di daerah. Kemudian kepemimpinan PCNU di pegang oleh KH Zubair Al Macca. Dan ketika pada tahun 2000 PCNU kembali melaksanakan konfercab, beliau ditunjuk kembali untuk menjadi ketua PCNU secara aklamasi dan akhirnya beliau bersedia.
Di sela sela
kegiatan pokok KH Ahmad Wahono mengasuh pesantren serta menggerakkan NU, beliau
juga berkiprah di dunia politik. Tercatat di saat orde baru beliau aktif
sebagai ketua Majlis Pertimbangan Partai PPP Kabupaten Sragen. Dan ketika
reformasi bergulir beliau KH Ahmad Wahono ini menjadi Ketua DPC PKB pertama
kalinya di Kabupaten Sragen. Namun yg menjadi kekaguman banyak orang, dengan
posisi yg cukup strategis di partai ini ternyata beliau gag pernah mau secara
pribadi untuk di tempatkan menjadi anggota DPR, dan justru lebih mendorong dan
mempersilahkan untuk para kader NU serta para santri.
Cerita dari para
murid
Sosok KH Ahmad
Wahono adalah seorang pejuang yang kharismatik, penuh kasih sayang, ulet,
penyabar, dan selalu mengedepankan perjuangan. Sikap sikap yg demikian lah yg
selalu di ingat oleh para murid beliau.
Mukhlis, seorang
alumni era tahun 1990 an yg berasal dari tangen menceritakan keseharian KH
Ahmad Wanono. "Mbah kyai itu dulu klo pagi habis subuh ngaji dengan kita
para santri, habis itu jam 7 nan beliau deres di emperan dalem, lalu jam 8 berangkat
ke sawah, jam 10 pulang untuk berangkat ngaji rutinan di berbagai daerah sampai
habis dhuhur, kemudian habis asar bersama para ustadz mengajar di madrasah
diniyah, habis isya biasanya menemui para tamu sampai tengah malam,........
Mukhlis, seorang
alumni era tahun 1990 an yg berasal dari tangen menceritakan keseharian KH
Ahmad Wanono. "Mbah kyai itu dulu klo pagi habis subuh ngaji dengan kita
para santri, habis itu jam 7 nan beliau deres di emperan dalem, lalu jam 8
berangkat ke sawah, jam 10 pulang untuk berangkat ngaji rutinan di berbagai
daerah sampai habis dhuhur, kemudian habis asar bersama para ustadz mengajar di
madrasah diniyah, habis isya biasanya menemui para tamu sampai tengah malam,
kemudian habis subuh ngaji lagi dengan para santri".
Sementra itu K
yahmin, salah satu alumni dari daerah mondokan era tahun 1980 an mengisahkan
peran serta KH Ahmad Wahono dalam mengajarkan agama bagi masyarakat. "Dulu
daerah utara bengawan itu banyak yg belum paham agama, belum banyak yg sholat,
kemudian KH Ahmad Wahono ini dengan telaten ngaji rutinan ke kampung kampung
hingga hampir merata, dan akhirnya masyarakat sekarang banyak yg sudah
sholat".
Sementara Abdul
rohman, pernah mengisahkan peran KH Wahono di daerah sragen timur bagian
selatan. "Beliau kalau ke sambungmacan itu ngebis umum dari tanon, turun
di banaran lalu becak sampai banyuurip, lalu malam habis siya ngaji bersama
masyarakat, kemudian pagi nya kita ngatar beliau kundur ke Pondok Tanon. Itu dilakukan
sebulan sekali selam kurang lebih 3 tahun, hingga akhirnya beberapa santri muda
langsung mondok beemukim di tanon".
Drs. Nur Wafi,
salah satu aktifis NU sragen yg juga Kepala KUA Tanon memberikan pengalamanya
terkait dengan KH Ahmad Wahono. " KH Wahono itu sosok yg respek dan sangat
menghargai generasi muda. Ketika beliau jd ketua PCNU, anak anak muda di
bukakan lebar lebar untuk berkembang dan berkiprah dalam perjuangan di
NU".
Masuk
BalasHapus